Berbagi Pengalaman Bersama Kaum Minoritas

RD. Januario Gonzaga (Kepsek SMPK San Daniel Oepoli)

Selama kurang lebih 2 Minggu (26 Juli-12 Agustus) diselenggarakan kegiatan Summer Schoolyang bertemakan “School Of Differences”. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas CEDAR (Communities Engaging with Differrnce and Religion) yang berkedudulan di Amerika dan bekerja sama dengan sebuah organisasi lokal dari NTT yakni IRGSC (institute of Resource Governance and Social change). Sudah dua kali diadakan kegiatan yang sama di Indonesia. Sebelumnya terjadi pada tahun 2017 dan sekarang 2019.
Kegiatan tahun ini diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari berbagai negara di antaranya Amerika, Moldova, Kirgystan, Vietnma, Timor Leste, Aceh, Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nuda Tenggara Timur. Kegiatan selama dua minggu ini dimulai dari Jakarta, di mana tempat semua peserta berkumpul. Selama di Jakarta, peserta dibekali Materi tentang ragam dan corak agama dan kebudayaan di Indonesia. Dari Jakarta peserta menuju Jawa Barat, Bandung. Kegiatan selama di Bandung sangat bervariasi. Diawali dengan mengunjungi Gereja Kristen Pasundan untuk berkenalan dengan jemaat dan berbagi suka duka tentang kesulitan yang dihadapi Warga Gereja di tempat ini. Di Bandung juga peserta mengikuti sesi diskusi bersama kelompok dan penggerak Dialog Antar Agama yang datang dari sejumlah Pendeta, Pastor dan Kiyai.
Kota Jawa Barat disebut sebagai kota dengan jumlah kaum intoleransi terbesar di Indonesia. Seluruh lapisan kehidupan dikuasai oleh kaum intoleran yang memberlakukan detail hukum keIslaman menurut tafsiran kelompok mereka ke dalam kehidupan publik. Beberapa komunitas lain yang dikunjungi di Bandung adalah, kelompok masyarakat di lokasi Taman Sari yang kehilangan tanah karena digusur oleh pemerintah untuk pembangunan jalan tol. Selanjutnya peserta mengunjungi Komunitas Islam Syah yang jumlahmya sangat sedikit dan mengalami berbagai intimidasi di masa lalu oleh karena perbedaan mereka dengan komunitas Islam yang lebih luas. Sebelum meninggalkan Bandung, peserta mengunjungi Rumah Cemara, tempat ditampungnya para penderita HIV dan AIDS, Rehabilitasi bagi pengguna Narkoba dan para pekerja seks komersial yang ingin mencari perlindungan. Komunitas Rumah Cemara ini sudah bekerja selama 10 tahun dan memusatkan perhatiannya pada pemberdayaan para korban dengan cara berolah raga serta mengikuti berbagai turnamen dalam dan luar negeri.
Kegiatan masih akan berlangsung di Bandung selama seminggu dan akan dilanjutkan di Nusa Tenggara Timur. Namun sebelumnya peserta masih mengunjungi komunitas Sunda Wiwitan di Cigugur. Komunitas ini merupakan komunitas yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah Komunitas Agama yang terdaftar pada catatan kepemerintahan. Namun sampai dengan saat ini perjuangan yang dilanjutkan oleh Ibu Dewi Kanti bersama Suami dan warga Sunda Wiwitan belum diakomodir oleh pemerintah.
Di Nusa Tenggara Timur sendiri peserta akan mengunjungi Komunitas Jehovah, Komunitas Film Kupang dan berbagai komunitas sosial lainnya. Peserta akan menghabiskan beberapa hari di wilayah Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan) tepatnya di Pondok Pesantren Oeekam.

page