Penilaian
Tes Tengah Semester kelas 1 SDK St. Yoseph 3 Kupang sudah berlangsung 3 hari. Hari ini Rabu 25 September
2019 tengah berlangsung tes yang bertemakan PKN. Nampak salah seorang guru kelas
sedang membacakan soal dan peserta didik menjawabnya. Semuanya serius mendengar dikte soal. Anak-anak
dilatih untuk belajar mendengarkan. Ini
secara tidak langsung ditananamkan satu karakter kepada anak untuk mendengarkan orang lain berbicara. Tes yang sedang
berlangsung ini merupakan tes pengetahuan untuk mengukur sejauh mana anak
memiliki konsep pengetahuan yang ditanamkan
oleh gurunya. Penerapan sikap dapat dinilai lewat keseharian anak-anak selama di sekolah. Udis Oka selaku salah satu guru kelas 1
menjelaskan bahwa sudah belasan tahun mengasuh anak di kelas 1
banyak suka dukanya. Faktor yang paling
utama bagi seorang guru kelas rendah adalah sikap sabar untuk menghadapi anak yang beraneka tingkah laku. Yang sangat diperhatikan adalah penguasaan
kelas. Lebih lanjut Oka menuturkan
bahwa alat peraga sangat penting
digunakan untuk menghilangkan rasa jenuh anak.
Anak itu bertahan menghadapi satu
objek paling lamanya 10 menit. Seorang guru harus mengenal watak
anak dan latar belakang anak di rumahnya.
Faktor ini akan membantu untuk
lebih memahami anak. Tidak mungkin diperlakukan
semua anak sama.
Perlu diketahui bahwa tanda-tanda kesiapan anak masuk SD sebetulnya
bukan sekedar kelancaran membaca dan
menulis atau berhitung (Calistung).
Namun di samping itu, anak yang sudah berada di kelas 1 mempunyai ketrampilan mengelola diri sesuai
dengan tuntutan kelas. Dengan demikian
anak diharapkan sudah dapat menjaga
ketenangan saat proses pembelajaran,
sudah dapat memahami dan mengikuti instruksi guru, tidak lagi lekat dengan orangtuanya.
SDK
St Yoseph 3 tidak menuntut anak kelas 1 yang baru masuk harus sudah bisa
membaca dan menulis serta berhitung.
Yang dituntut adalah bagimana anak mengelola dirinya
apakah sudah mampu atau belum.
Kalau belum maka diharapkan orang tua
menunda mendaftarkan anaknya ke SD.
Dengan memaksa anak segera masuk
SD sebelum cukup matang secara emosional dan sosial dalam konteks
diri anak justru akan menimbulkan masalah terhadap motivasi belajar di kemudian
hari.
Ketika ditanya apakah di kelas 1 ada
anak yang memiliki kebutuhan khusus. Oka
menjelaskan bahwa ada satu anak yang
memiliki kemampuan yang berbeda
(different ability) atau difabel yang memiliki gangguan bicara agak
lambat. Lebih lanjut Oka menambahkan
bahwa perlu kesabaran menghadapi anak seperti ini. Kami selaku guru harus menjadikan diri kami seperti seorang
ibu di rumah kadang halus dan manja
tetapi juga harus tegas. Lebih mudah
menangani anak yang difabel atau yang berkebutuhan khusus ketimbang menghadapi
anak yang berbakat. Bagi anak yang berbakat, kegiatan di kelas
tidak sesuai dengan kebutuhannya sehingga
selalu menjadi objek bermasalah dengan temannya. Mereka membutuhkan tantangan yang sesuai dengan dengan kapasitas
diri mereka agar tidak mudah bosan. Tutur Oka mengakhiri perbincangan ini
walaupun kondisi kesehatannya kurang
memungkinkan tapi mempunyai semangat
yang sangat tinggi. Baginya lebih baik
berada di sekolah, bisa bersama anak-anak untuk belajar menjadi obat mujarab. Kini kesehatannya sekarang sudah mulai
berangsur-angsur pulih. (Riantoby).