Pada hari Rabu (30/10/2019) di Aulau Giovanni Kupang dilangsungkan Misa yang
bertemakan syukur yang dipimpin oleh RD Yohanes Bria dan RD Arkadius Manek. Syukur karena selama 28 tahun, 3 bulan Helena Wungu Belen-Fernandez mengbadikan
dirinya untuk SMPK Giovanni yang dulu
dikenal dengan SMPK Frater.
Helena adalah sosok seorang guru
yang disiplin dan hampir belum pernah absen masuk sekolah dan juga sangat disayangi, disukai anak didiknya. Iren, yang kini sebagai ketua OSIS mengungkapkan bahwa Ibu Len, sapaan akrabnya pada saat mengajar suka bercanda membuat situasi di kelas sangat komunikatif dan menyenangkan. Apalagi
materi yang dijelaskan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, tapi kalau
kami membuat kesalahan pasti kami
dimarahi dengan nasihat-nasihat,
tambah Renfo dan Sasa teman sekelas
Iren.
Dalam Kotbahnya, Romo Yohanes Bria
yang lebih dikenal dengan sapaan Romo Jobri mewartakan bahwa hari ini Yesus mengajak kita masuk melalui
pintu yang sempit. Dengan melalui pintu
yang sempit membuat orang bisa sesak
nafas atau menderita. Yesus menunjukan
kepada kita bahwa kesengsaraan hidup
itu menghasilkan kemuliaan dan membuahkan kebahagiaan. Lebih lanjut Jobri menyampaikan bahwa hari ini kita bersyukur atas perjalanan Ibu Helena Wungu Belen yang
telah mengakhiri perjalanan
melalui pintu yang sempit di SMPK Giovanni dan berkahir
dengan senyum. Helena mau menyempurnakan diri sebagai insan Tuhan
. Waktu yang begitu panjang dia gunakan untuk mengabdikan diri,
menyerahkan diri dan telah menyanggupkan diri
dengan memahkotai akhir tugasnya. Sebagai bahan refleksi Jobri menandaskan bahwa guru itu adalah insan pembangun cendikia yang
semakin besar dalam pengabdian dan pemberian diri utuk anak didik. Memilih jadi guru adalah satu pilihan pengabdian diri tanpa pamrih dan memberikan
segala-galanya untuk anak didik demi keberhasilan dan kebahagiaan anak didik.
Inilah keberhasilan seorang guru, hidup untuk membahagiakan orang lain dan di
situlah letak kebahagiaannya.
Benyamin Sape, sebagai MC begitu
semangat membuat situasi yang haru, sedih berubah menjadi suasana yang
terus bergembira. Sape selalu
mengingatkan bahwa acara ini bukan
perpisahan dengan ibu Len tapi hari ini
kita mensyukuri masa akhir jabatan sebagai guru di SMPK Giovanni Kupang.
“Giovanni bercahaya , fiat Lux (jadilah
cahaya)”, demikian sinyalir RD Arkadius Manek Selaku sekretais eksekutif
Yayasan Swasti Sari pada sambutannya mengajak
warga SMPK Giovanni agar selalu
memancarkan cahaya dan jangan bersembunyi di balik kegelapan. Lebih lanjut Arki menyampaikan bahwa Ibu Len telah memberikan cahaya kepada anak
didiknya. Sebagai guru tentunya selalu
berpikir akan kebaikan dan masa depan
anak didik. Guru itu juga adalah rasul
atau gembala yang bertugas menuntun,
mengarahkan anak didik di jalan yang
terang. Selam 28 tahun, 3 bulan sudah
banyak yang dilakukan ibu Len untuk SMPK
Giovanni, sudah banyak pula peserta
didik yang berhasil di tangannya. Tetaplah
bersuka cita, dan jaga kesehatan.
Nikmatilah kegembiraan dan kebahagiaan karena akan menjadi kekuatan menuntun jalan ke depan,pesan RD. Arki.
Kornelis Nahak sebagai kepala
sekolah SMPK Giovanni Kupang pada
sambutannya mengucapkan terima kasih atas pengabdian Ibu Helena
yang pada hari ini disyukuri melalui
misa syukur. Nahak berpesan pintu SMPK Giovanni selalu terbuka walaupun
telah mengakhiri masa tugas sebagai guru. Pada saat ungkapan hati, Helena bersykur atas
kebesaran dan anugerah Tuhan yang telah
diperoleh dalam pengabdiannya sebagai
guru di SMPK Giovanni dan mengucapan terima kasih kepada yayasan Swasti Sari yang
telah memberikan kesempatan kepadanya
untuk mengabdikan diri di SMPK Giovanni.(Riantoby)